iklan
Pengertian, Perhitungan, jenis-jenis, Manfaat dan kelemahan Break Even Point ( BEP )-Analisa break even mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break even
dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi
manajemen kalau diterapkan pada data taksiran periode yang akan datang.
A. Pengertian Break Even Point (Bep)
Break Even Point (BEP) dapat
diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam
operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian
sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan
sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan
Adapun pengertian – pengertian Break Even Point
menurut para ahli:
1. Menurut S. Munawir (
2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai
suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan
tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)
2. Menurut Abdullah
(2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis
Arti penting analisis break even point bagi
manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Guna
menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian
b) Penetapan
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
c) Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi
c) Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi
3. Menurut Purba (2002)
Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa
besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut.
4. Menurut PS. Djarwanto
(2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun
perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak
mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5. Menurut Harahap (2004)
Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya
(biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga
tidak ada laba atau rugi
6. Menurut Garrison dan
Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk
menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga
dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even
adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi
dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa
gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan
fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Gambar
Break Even (Break Even Chart)
Dalam gambar break even point dapat ditentukan,
yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis peenghasilan penjualan
dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita garis lurus vertikal
ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Kalau dari
titik itu ditarik lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak
bsarnya break even dalam rupiah.
Dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam
gambar break even itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau
dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel.
Pada cara yang kedua, besarnya “contribution margin” akan nampak pada gambar
break even tersebut. Untuk jelasnya dapatlah diberikan contoh di bawah ini.
Contoh:
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap
sebesar Rp 300.000;. biaya variabel per unit Rp 40;. Harga jual per
unit Rp 100;. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit. Dengan dua cara dalam
menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar data tersebut, kita dapat membuat
dua gambar break even seperti nampak dibawah ini:
Garis biaya tetap digambarkan secara horizontal
sejajar dengan sumbu X
Garis biaya tetap digambarkan dengan garis
biaya variabel
Dari gambar kedua tersebut di atas nampak bahwa
break even point tercapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000; atau
dinyatakan dalam unit sebanyak 5.000 unit. Pada gambar 22.1.b adalah lebih baik
karena pada gambar tersebut nampak konsep “contribution margin”. Dalam gambar
tersebut break even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution
margin (yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya
dengan biaya tetap, yaitu pada volume penjualan Rp 500.000; atau dalam unit sebanyak
5.000 unit
Analisis
Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break
even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
a. Jumlah penjualan
minimal yang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus
dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah
berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana
efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang
diperoleh.
Salah satu
kelemahan dari BEP adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang
diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau
komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman
sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya, mereka
menciptakan banyak produk jadi hal ini sangat sulit. Ada satu asumsi lagi yaitu harga jual
persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual
atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam
kenyataan dan prakteknya.
Biaya
yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel
cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan
volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel
total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan
dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis
biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan
melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini
akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga.Berproduksi
atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost
merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini
misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi
bagisalesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level
yang lebih tinggi.
B. Menentukan
Tingkat Break Even Point (BEP) / Titik Impas
Untuk
dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat
dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Semakin besar hasil
produksi, maka biaya tetap persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin
rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan semakin besar. Pemisahan
biaya variabel dan biaya tetap dalam praktek biasanya bukan merupakan masalah
yang mudah.Jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa break even
perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan
metode – metode tertentu. Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada
tingkat break even dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu,
tetapi untuk menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik
atau bagan break even. Secara mathematic tingkat break even dapat ditentukan
dengan berbagai rumus.Dengan demikian tingkat break even dapat ditentukan
dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan mathematis dan pendekatan grafis.
a) Mathematical Approach
BEP
dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit)
(rumus 1)
Fixed
Cost
BEP
=
=
Rp.........(rumus 2) Sales price/unit
1
– variabel cost/unit
Formulasi
break even point yang dikembangkan:
Break
even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi
juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan
secara sederhana sebagai berikut:
BEP
-> TR = TC
TR
= Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit
termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga
menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi yang
berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana seperti dibawah
ini:
TR
= TC
TR
– TC = 0
Karena
TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR
= Unit Price x Qty
Sedangkan
TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost
Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed
Cost”, maka turunan dari TC adalah:
TC
= Variable Cost + Fixed Cost
Dari
formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC
= [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Semua
elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear
secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR
- TC = 0
[Qty
x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty
x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty
x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
C.
Manfaat dan Kegunaan BEP
Manfaat BEP antara lain:
1. Alat
perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai
tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara
keseluruhaan.
4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan
grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP
sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi
berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain
dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi,
harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk
mengambil kebijaksanaan.
Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi
dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
a) Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
b) Besarnya
biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah
tetap.
c) Besarnya
biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d) Jumlah
unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
e) Harga
jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
f) Perusahaan
hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi
masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap)
Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak
manajemen perusahaan dlam berbagai pengambilan keputusan dalam berbagai
pengambilan keputusan, antara lain mengenai;
1. Jumlah
minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
2. Jumlah
penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
3. Besarnya
penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan
tidak menderita kerugian.
4. Untuk
mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap
laba yang diperoleh.
BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara
terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk:
1.
Menganalisa program otomatisasi dimana
suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan
mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
2.
Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi
secara umum
3.
Untuk membuat keputusan tentang produk baru
yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu proyek yang
diusulkan.
D.
Kelemahan analisa BEP
Sekalipun analisa BEP ini banyak digunakan oleh
perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa
kelemahan. Kelemahan utama dari analisa BEP ini anata lain : asumsi tentang
linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang
pendek.
Asumsi-asumsi dasar analisi BEP
1.
Menentukan posisi laba rugi perusahaan
2.
Menentukan penjualan minimal yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugiaan
3.
Menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan tertentu
4.
Komponen yang berperan pada BEP
5.
Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya,
biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada
prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau
tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit
produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.
6.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai
laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan.
Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin
dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu:
1.
Menekan biaya produksi maupun biaya operasional
serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2.
Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai
dengan laba yang dikehendaki.
3.
Meningkatkan volume kegiatan semaksimal
mungkin.
E. Rumus Analisis Pulang-Pokok Upja
Rumus
analisis pulang pokok per musim tanam
TR = TC
P x Q = FC + VC
P x Q = FC + (AVC x Q)
Q = FC /(P-AVC)
Keterangan:
TR : Total Pendapatan (Rp); pendapatan dari hasil sewa alsintan dalam satu musim tanam
TC : Total Biaya (Rp) dalam satu musim tanam
P : harga sewa alsintan (Rp) per hektar
Q : luas garapan (ha)
FC : Biaya Tetap (Rp); harga beli alsintan dibagi jumlah musim tanam (pengembalian modal)
VC : Biaya tidak tetap per musim tanam
AVC: Biaya tidak tetap per hektar (Rp); biaya operasional (upah operator, bahan bakar, oli, dll)
TR = TC
P x Q = FC + VC
P x Q = FC + (AVC x Q)
Q = FC /(P-AVC)
Keterangan:
TR : Total Pendapatan (Rp); pendapatan dari hasil sewa alsintan dalam satu musim tanam
TC : Total Biaya (Rp) dalam satu musim tanam
P : harga sewa alsintan (Rp) per hektar
Q : luas garapan (ha)
FC : Biaya Tetap (Rp); harga beli alsintan dibagi jumlah musim tanam (pengembalian modal)
VC : Biaya tidak tetap per musim tanam
AVC: Biaya tidak tetap per hektar (Rp); biaya operasional (upah operator, bahan bakar, oli, dll)
Break Even Point
Break
Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah
barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk
menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Rumus Analisis Break Even :
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Rumus Analisis Break Even :
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Namun ada juga yang membuat pengertian break
even point sebagai berikut :
1).
Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2).
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume
Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
a.
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b.
Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
c.
Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan
tidak menderita rugi.
3).
Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
4).
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu
apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita
kerugian.
5).
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan
tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total
penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6).
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama
untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan
biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan
fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung
langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut
barang.
E. Jenis-jenis
Break Even Point ( BEP )
1. Break Even Chart
Suatu
peta yang menggambarkan grafik-grafik yang terdiri atas kurva jumlah seluruh
biaya ( tetap dan variabel ) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan produksi,
perpotongan kedua kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang
berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).
2. Break Even Equation
Suatu
persamaan yang dinyatakan dengan rumus :
Penjualan
pada titik kembali pokok
FC=
1- Pct VC
Keterangan
:
FC
= biaya tetap
Pct
VC = Persentase biaya variabel terhadap penjualan
3. Break Even Function
Fungsi
kembali pokok yang dirumuskan sebagai berikut :
FC
S
= ( 1 – VC )
Keterangan
:
S
= Jumlah penjualan
FC
= Biaya tetap
VC
= Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
Syarat-syarat Analisis BEP :
1.
Harga jual tidak berubah-ubah.
2.
Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
3.
Biaya variabel bersifat proposional.
4.
Jika barang yang diproduksi lebih dari satu jenis, maka komposisi barang yang
dijual tidak berubah-ubah.
Manfaat
BEP :
1.
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2.
Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
3.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4.
Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti
5.
Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
6.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.\
7.
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
8.
Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Kompenen
yang berperan pada BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya
variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau
menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang
mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi
ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya
ini.
Ada 2(dua) alasan mengapa para pelaku
bisnis menerima alasan ini:
1.
Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2.
Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik
impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1.
Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan
mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2.
Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3.
Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Kegunaan
Break Even Point
Diatas
telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan
perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama
dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even
point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual,
biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil
kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2.
Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan
volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya
adalah tetap.
3.
Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah
karena adanya perubahan volume kegiatan.
4.
Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang
diproduksi.
5.
Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6.
Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi
masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point
juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan
keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk
yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
3.
Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
4.
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat
digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan,
yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana
suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan
mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.
2.
Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
3.
Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan
menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Menurut
Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus
break even point untuk mengetahui :
1)
Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2)
Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3)
Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4)
Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Analisa
break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan
yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan
pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya
semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan
tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Kelemahan
Analisa Break Even Point
Sekalipun
Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat
dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari
analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity,
kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
(Soehardi,2004).
a.
Asumsi tentang linearity
Pada
umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah
berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat
penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan
menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis
renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating
cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan
mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya
efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
b.
Klasifikasi biaya
Kelemahan
kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini
tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati
titik tersebut.
c.
Jangka waktu penggunaan
Kelemahan
lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang
terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama
setahun.
Pendekatan dalam mengitung BEP
1.
Pendekatan persamaan
_ Y=cx – bx – a
_ Y=cx – bx – a
Keterangan
:
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)
2.
Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan
margin kontribusi didapat dengan mengurangkan nilai penjualan total (total
revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC) dan
mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel.
3.
Pendekatan Grafik
Dalam
pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis penjualan
dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)
Jenis – Jenis Biaya dalam Menghitung BEP
1.
Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel
cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam
pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu
dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam
unit.
Contoh dalam perusahan
furniture
_ Biaya perlengkapan
_ Biaya bahan bakar
_ Biaya sumber tenaga
_ Biaya perkakas kecil
_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
_ Gaji satpam dan pesuruh pabri
_ Biaya perlengkapan
_ Biaya bahan bakar
_ Biaya sumber tenaga
_ Biaya perkakas kecil
_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
_ Gaji satpam dan pesuruh pabri
2.
Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed
cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis
biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi,
bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
Contoh
dalam perusahan furniture
_ Biaya penyusutan
_ Gaji eksekutif
_ Pajak bumi dan bangunan
_ Amortisasi paten
_ Biaya penerimaan barang
_ Biaya komunikasi
_ Upah lembur
_ Biaya penyusutan
_ Gaji eksekutif
_ Pajak bumi dan bangunan
_ Amortisasi paten
_ Biaya penerimaan barang
_ Biaya komunikasi
_ Upah lembur
3.
Semi Varibel Cost
Semi
variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap,
yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis
ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
Rumus BEP
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan.
Atas dasar unit
Atas dasar sales dalam
rupiah
Keterangan
:
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Adapun rumus untuk
menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :
1.
Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break
Even Point :
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
2.
Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar
terjadi BEP :
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000
Jadi diperlukan memproduksi
20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan
alias profit nol.
Pada Kasus CV. Donut Kotak
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
_ BEP (rupiah)
Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)
= Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
_ BEP (rupiah)
Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)
= Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
Margin Of Safety
Margin
Of Safety adalah juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya
penjualan akan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita
kerugian. dengan demikian rumus yang digunakan dalam Margin Of Safety adalah :
Tingkat Penjualan yang dibudgetkan – Tingkat penjualan BEP
MS = X 100 % Tingkat penjualan yang dibudgetkan
Tingkat Penjualan yang dibudgetkan – Tingkat penjualan BEP
MS = X 100 % Tingkat penjualan yang dibudgetkan
- Marjin Keamanan ( Margin of Safety )
Margin of Safety
adalah suatu informasi mengenai sampai tingkat berapa perusahaan boleh
mengalami penurunan penjualan namun perusahaan tidak mengalami kerugian.Dalam
Hal ini semakin besar Margin of Safety makin baik untuk perusahaan
karena perusahaan bias mengalami penurunan yang cukup jauh.
Margin
of Safety adalah informas tentang jumlah maksimum penurunan nilai
penjualan. (Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:125)
Margin
of Safety dicaru dengan mengurangi jumlah penjualan pada titik
impas,
Semakin
besar margin of safety semakin besar perusahaan dapat memperoleh laba
dan begitu pula sebaliknya.
Ratio
Margin of safety dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan
perusahaan yang menggunakan cara sebagai berikut :
Profit
% = Margin income ratio x Ratio Margin of safety
DOL
(Degree Of
Leverage)
Operasi
hasil leverage dari adanya biaya operasi tetap dalam arus pendapatan
perusahaan. Tingkat kehadiran biaya operasi tetap dalam aliran pendapatan suatu
perusahaan diukur dengan tingkat operating leverage (DOL).
DOL
=
|
Persentase
Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
|
|
Persentase
Perubahan Penjualan
|
Keuangan
memanfaatkan hasil dari adanya biaya keuangan tetap dalam arus pendapatan
perusahaan. Tingkat kehadiran biaya keuangan tetap dalam aliran pendapatan
suatu perusahaan diukur dengan tingkat leverage keuangan (DFL).
DFL
=
|
Persentase
Perubahan Laba (NI)
|
|
Persentase
Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
|
Perusahaan
yang sering memiliki kedua operasi dan leverage keuangan. Hal ini menyebabkan
meningkatkan total atau gabungan dari kehadiran keduanya beroperasi tetap dan
biaya keuangan dalam arus pendapatan perusahaan. Memanfaatkan Dikombinasikan
diukur oleh tingkat leverage gabungan (DCL).
DCL
=
|
Persentase
Perubahan Laba (NI)
|
|
Persentase
Perubahan Penjualan
|
Perhatikan
bahwa DCL = DFL × DOL
Tingkat
DOL (Degree Of
Leverage)
Perusahaan yang memiliki derajat yang lebih besar
memiliki tingkat leverage yang lebih besar dari biaya tetap. Dan dengan
demikian, mereka cenderung memiliki lebih besar impas poin dibandingkan
perusahaan yang tidak memiliki leverage. Keuntungan memiliki derajat yang lebih
besar dari leverage adalah bahwa volume penjualan suatu perusahaan meningkat
melampaui titik impas, marjin yang meningkat. Kerugian dari memiliki derajat
yang lebih besar dari leverage adalah bahwa karena titik impas yang lebih
tinggi, yang berarti bahwa perusahaan yang dibutuhkan untuk mencapai volume
penjualan yang lebih tinggi untuk mencapai titik impas. Pada kondisi baik
ketika penjualan tinggi, lebih tinggi tingkat leverage yang memungkinkan
perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Pada zaman buruk ketika penjualan
tidak baik, perusahaan dapat meminimalkan kerugian dengan memiliki tingkat
lebih rendah dari leverage.
Contoh:
Pada
contoh di bawah, EBIT suatu perusahaan diproyeksikan bawah dua struktur biaya
yang sangat berbeda.
Laporan
Laba Rugi
|
Tinggi
leverage
|
Rendah
leverage
|
||||||||
Penjualan
|
$
|
100,000
|
100
|
%
|
$
|
100,000
|
100
|
%
|
||
Variabel
Biaya Operasional
|
-20,000
|
-20
|
-40,000
|
-40
|
||||||
Marjin
Kontribusi
|
80,000
|
80
|
60,000
|
60
|
||||||
Tetap
Biaya Operasional
|
-40,000
|
-40
|
-20,000
|
-20
|
||||||
EBIT
|
$
|
40,000
|
40
|
%
|
$
|
40,000
|
40
|
%
|
Perhatikan
perusahaan mengalami tingkat yang sama dari penjualan, sementara itu memiliki
struktur biaya yang sangat berbeda.
Sekarang
perhatikan apa yang terjadi pada perusahaan di bawah setiap pilihan ketika
penjualan mereka turun menjadi $ 50.000.
Laporan
Laba Rugi
|
Tinggi
leverage
|
Rendah
leverage
|
||||||||
Penjualan
|
$
|
50,000
|
100
|
%
|
$
|
50,000
|
100
|
%
|
||
Variabel
Biaya Operasional
|
-10,000
|
-20
|
-20,000
|
-40
|
||||||
Marjin
Kontribusi
|
40,000
|
80
|
30,000
|
60
|
||||||
Tetap
Biaya Operasional
|
-40,000
|
-80
|
-20,000
|
-40
|
||||||
EBIT
|
$
|
0
|
0
|
%
|
$
|
10,000
|
20
|
%
|
Ketika
drop penjualan untuk $ 50.000, pilihan leverage yang tinggi menurun ke titik
impas, sementara pilihan leverage yang rendah meminimalkan kerugian. Sekarang
perhatikan apa yang terjadi pada kenaikan penjualan perusahaan untuk $
150.000.
Laporan
Laba Rugi
|
Tinggi
leverage
|
Rendah
leverage
|
||||||||
Penjualan
|
$
|
150,000
|
100
|
%
|
$
|
150,000
|
100
|
%
|
||
Variabel
Biaya Operasional
|
-30,000
|
-20
|
-60,000
|
-40
|
||||||
Marjin
Kontribusi
|
120,000
|
80
|
90,000
|
60
|
||||||
Tetap
Biaya Operasional
|
-40,000
|
-27
|
-20,000
|
-13
|
||||||
EBIT
|
$
|
80,000
|
53
|
%
|
$
|
70,000
|
47
|
%
|
Ketika penjualan suatu perusahaan meningkat,
struktur biaya pilihan dengan tingkat lebih tinggi leverage dapat memaksimalkan
keuntungan perusahaan.
3. Semi Varibel Cost
ReplyDeleteSemi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
.....
Itu kayaknya belum selesai ngetiknya ya? :v'