iklan
Pengertian dan kegunaan Arus kas, Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan Serta Penyajian Laporan Arus kas - Agar
dapat digunakan dengan baik suatu informasi harus disajikan dengan wajar. Oleh karena
suatu informasi akan membantu para pemakainya dalam mengambil kebijakan
manajemen.
Arus Kas |
A. Pengertian
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan
salah satu laporan keuangan pokok, disamping neraca dan laporan laba rugi. Jadi
untuk pelaporan kepada pihak di luar perusahaan, laporan ini wajib dibuat.
Berdasarkan buku “Standar Akuntansi Keuangan”, yang
dimaksud arus kas adalah:
“Arus
kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.”
(IAI, 2004:2.2)
Arus kas merupakan
transaksi penerimaan dan pengeluaran rekening kas dan setara kas. Arus kas
terjadi akibat adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Kegiatan
usaha utama perusahaan adalah menghasilkan barang/jasa dan menjualnya. Kegiatan
ini mencakupi penerimaan kas dan penerimaan piutang. Disamping itu kegiatan
usaha perusahaan juga mencakup pengeluaran kas dan pembayaran utang usaha.
Berdasarkan buku “Akuntansi Suatu Pengantar: Buku 2”,
yang dimaksud laporan arus kas adalah:
“Laporan
arus kas pada dasarnya mengikhtisarkan sumber kas yang tersedia untuk melakukan
kegiatan perusahaan serta penggunaannya selama satu periode tertentu.” (Soemarso
S.R, 2005:320)
Laporan arus kas
mengikhtisarkan sumber dan penggunaan kas dan setara kas. Laporan arus kas
harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
B. Kegunaan
Laporan Arus Kas
Suatu laporan keuangan
dibuat karena memiliki nilai manfaat yang tinggi bagi para pemakai informasi
tersebut. Untuk meyakinkan apakan laporn arus kas perlu dibuat atau tidak dalam
laporan keuangan perusahaan, maka perlu dipahami dulu seberapa besar kegunaan
laporan arus kas bagi para pemakainya.
Berdasarkan “Standar Akuntansi Keuangan” dalam “PSAK No. 2 Laporan Arus Kas”, kegunaan
informasi arus kas adalah:
“Jika
digunakan dalam kaitanya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas
dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi
perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan
model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus masa depan (future
cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya
banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan
peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator
dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Disamping itu, informasi
arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa
depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas bersih, serta dampak perubahan harga.” (IAI,
2004: 2.1-2.2)
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa laporan arus kas sangat diperlukan baik oleh manajemen di perusahaan
maupun bagi para pemakai lain di luar perusahaan.
C. Kewajaran
Penyajian Laporan Keuangan
Mengingat akan pentingnya
informasi arus kas bagi para pemakainya. Maka laporan arus kas harus disajikan
secara wajar agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengambilan kebijakan
perusahaan.
Berdasarkan “Standar Akuntansi Keuangan” dalam “PSAK
No. 1 Penyajian Laporan Keuangan”, penyajian secara wajar, yaitu:
“Apabila
PSAK belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian secara wajar dapat
dicapai melalui pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi yang sesuai dengan
paragraf 14 serta menyajikan jumlah yang dihasilkan sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi yang relevan, andal, dan dapat dipahami.” (IAI,
2004:1.3)
Dimaksud penyajian secara
wajar yaitu harus sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang berlaku. Apabila PSAK belum mengatur masalah-masalah pengakuan dan
pengukuran maka penyajian secara wajar dapat dicapai dengan penerapan kebijakan
akuntansi oleh manajemen, dengan ketentuan kebijakan tersebut tidak bertentang
dengan PSAK.
Syarat kebijakan akuntansi
yang dibuat manajemen harus menyediakan infoermasi yang relevan, dapat
diandalkan terdapat pada “Standar Akuntansi
Keuangan” dalam “PSAK No. 1
Penyajian Laporan Keuangan” paragraf 14, yaitu:
“Manajemen
memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi
ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam
PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan menyajikan informasi:
1. relevan
terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan
2. dapat
diandalkan, dengan pengertian:
a.
mencerminkan
kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan perusahaan;
b.
menggambarkan
subtansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata
bentuk hukumnya;
c.
netral yaitu
bebas dari keberpihakan;
d.
mencerminkan
kehati-hatian; dan
e.
mencakup
semua hal yang material.” (IAI,
2004: 1.4)
Agar
bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi
hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Suatu laporan keuangan harus memberikan
gambaran informasi yang jujur mengenai transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan.
Perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya, misalnya perusahaan menjual suatu aktiva kepada pihak lain sehingga
kepemilikan menurut hukum berpindah kepada pihak tersebut, namun terdapat
persetujuan yang memastikan bahwa perusahaan dapat terus menikmati manfaat
ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Suatu informasi tidak
memihak siapapun, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
Semua
aspek yang berkaitan dengan transaksi kas harus dikendalikan tanpa terkecuali. Informasi
harus memperhatikan hal-hal yang mencakup materialitas, maksudnya informasi
dipandang material kalau kelalian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi yang diambil dapat berpengaruh terhadap keputusan ekonomi
pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
D. Penyajian
Laporan Arus Kas
Mengingat laporan arus kas
sangat berguna bagi para pemakai informasi tersebut, dalam hal penyajian
memerlukan perhatian yang serius. Apabila laporan arus kas disajikan dengan
salah dikhawatirkan para pemakai informasi laporan arus kas akan salah dalam
menafsirkan informasi tersebut. hal tersebut akan menyebabkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan.
Berdasarkan PSAK No. 2 yang terdapat
pada kerangka pemikiran, penyajian laporan arus kas diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Aktivitas
Operasi
Klasifikasi menurut aktivitas operasi akan memberikan
informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan menilai pengaruh
aktivitas terhadap posisi keuangan serta terhadap jumlah kas dan setara kas.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari kegiatan usaha
perusahan.
Aarus kas pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
a.
Penerimaan
kas dari penjualan barang dan jasa;
b.
Penerimaan
kas dari royalti, fees, komisi dan
pendapatan lain;
c.
Pembayaran
kas kepada pemasok barang dan jasa;
d.
Pembayaran
kas kepada karyawan;
e.
Penerimaan
dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim,
anuitas dan manfaat asuransi lainnya;
f.
Pembayaran
kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan
investasi;
g.
Penerimaan
dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha
perdagangan.
2. Aktivitas
Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan
dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak masuk
setara kas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah:
a.
Pembayaran
kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang
lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang
dibangun sendiri;
b.
Penerimaan
kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan
aktiva jangka panjang lain;
c.
Perolehan
saham atau instrument keuangan perusahaan lain;
d.
Uang
muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali
yang dilakukan oleh lembaga keuangan);
e.
Pembayaran
kas sehubungan dengan futures contracts,
forward contracts, option contracts dan swap
contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan
perdagangan (dealing or trading) atau
apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
3. Aktivitas
Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas
yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman
perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah:
a.
Penerimaan
kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya;
b.
Pembayaran
kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menembus saham perusahaan;
c.
Penerimaan
kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya;
d.
Pelunasan
pinjaman;
e.
Pembayaran
kas oleh penyewa guna usaha (lessee)
untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha
pembiayaan (finance lease).
1. Pelaporan
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Perusahaan harus melaporkan arus kas
dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini:
a) Metode
langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan.
b) Metode
tidak langsung, metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh
dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral)
atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan
masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas
investasi atau pendanaan.
2.
Pelapora
Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan
Perusahaan harus melaporkan secara
terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto yang berasal dari aktivitas
investasi dan pendanaan, kecuali arus kas dilaporkan atas dasar arus kas
bersih.
3.
Pelaporan
Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih
Arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan berikut ini dapat disajikan menurut arus kas
bersih:
a) Penerimaan
dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila arus kas tersebut
lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas perusahaan; dan
b) Penerimaan
dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat, dengan volume
transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat (maturity short).
Hubungan Efektivitas Keandalan
Pengendalian Intern Kas Terhadap Kewajaran Penyajian laporan Arus Kas
Mengingat
keberadaan kas pada perusahaan sangat vital sebagai sumber pembiayaan operasi
normal perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan pengendalian intern.
Pengendalian intern memiliki keterbatasan bawaaan yang telah dibahas
sebelumnya. Maka diperlukan suatu pengendalian intern kas yang efektif dan dapat
diandalkan, yang dimaksud efektif dan dapat diandalkan adalah pengendalian
intern dilaksanakan dengan baik sehingga tujuannya dapat tercapai.
Perhatian utama dalam menilai efektivitas keandalan
pengendalian kas yaitu pada tujuan pengendalian intern kas yang ingin dicapai
oleh perusahaan dengan menggunakan kuesioner. Lalu dari penilaian tersebut bisa
mengidentifikasikan pegendalian intern kas dapat diandalkan dan efektif.
Kebanyakan
prosedur yang berkaitan dengan pengendalian mempengaruhi lebih dari satu tujuan
transaksi kas. Setelah menetapkan risiko pengendalikan juga perlu melakukan
pengujian atas pengendalian (test of control)
untuk menjamin bahwa pengendalian telah dilaksanakan dengan efektif. Tahap
selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas laporan arus kas, sehingga laporan
arus kas dapat disajikan secara wajar sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) dan kebijakan akuntansi perusahaan.
Dengan
melaksanakan pengendalian internal dengan baik, perusahaan dapat memiliki
keyakinan yang lebih besar bahwa laporan keuangannya akan tersaji dengan wajar.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan
moga bermanfaat.